Pangkalpinang,BNN Upacara tradisional merupakan bagian dari warisan adat budaya yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Indonesia dan terus dilakukan secara turun temurun sejak dulu. Walaupun sudah memeluk agama masing-masing, tetapi masih ada sebagian masyarakat yang mengaitkan pandangan hidupnya dengan kepercayaan yang berbau mistis atau magis, penghormatan kepada leluhur atau hal berbau keramat.
Salah satu tradisi yang masih dipelihara adalah ritual Rebo Kasan atau Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan yang masih di lakukan sampai saat ini di beberapa daerah. Faktanya, Rebo Kasan berasal dari budaya Jawa, berkaitan erat dengan nilai-nilai Islam yang kemudian mengalami asimilasi.
Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1784. Ritual adat ini dilakukan pada bulan Shafar di hari Rabu terakhir dalam penanggalan Hijriyah. Ritual keagamaan ini mengandung nilai religi yang tinggi karena ditujukan untuk memohon kepada Allah SWT agar terhindar dari bala bencana atau mara bahaya.
Dipercaya pada waktu tersebut Allah SWT menurunkan 32.000 bala (musibah) ke bumi. Untuk itulah, tiap bulan Syafar hari Rabu pada minggu terakhir masyarakat dianjurkan untuk banyak berdoa. Rebo Kasan sendiri berasal kata Rebo yang berarti Rabu, Kasan berarti Kasat. Kenapa dipilih hari Rabu? Konon katanya Rabu merupakan hari pertemuan Sri Sultan Hamengku Buwono I yang terkesan dengan kehebatan Mbah Faqih Usman, seorang Kyai pertama di Wonokromo yang mampu menyembuhkan segala penyakit dan dapat memberikan berkah untuk kesuksesan usaha. Upacara Rebo Kasan dilakukan selain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, juga untuk mengenang dan menghormati Kyai Faqih Usman. Selain itu, pada hari Rebo Kasan dipercaya sebagai hari pertama Nabi Muhammad SAW jatuh sakit hingga meninggal dunia.
Tradisi serupa juga dilakukan masyarakat Desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka dan Desa Air Nyatoh Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Rentetan proses upacara Rebo Kasan biasanya dilakukan di pinggiran pantai, karena dulu mata pencaharian mereka kebanyakan bergantung pada hasil laut.
Namun, seiring waktu perayaan Rebo Kasan dilakukan di masjid atau balai desa setempat. Media perlengkapan yang digunakan seperti air wafak (air yang sudah di doakan), lepet atau ketupat yang menjadi simbol utama pelepasan bala, makanan di dulang sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diterima dan tak lupa makanan manis seperti dodol yang bermakna simbol keyakinan dan iman.
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa larangan atau pantangan selama Rebo Kasan. Apabila dilanggar maka akan mendapat musibah/bala. Tradisi Rebo Kasan merupakan warisan budaya, warisan melayu yang mengandung nilai-nilai moral. Terdapat makna simbolik dalam pelaksanaannya yang berkaitan erat dengan pandangan hidup sehari-hari.
Perayaan Rebo Kasan erat kaitannya dengan komunikasi ritual antara manusia dengan Sang Penciptanya. Pentingnya menjaga warisan leluhur berarti memperkuat jati diri bangsa dan memperkuat rasa cinta tanah air, jadi hendaknya tradisi ini tetap dijaga di tengah kemajuan peradaban dunia modern saat ini.
Sumber : Berbagai Sumber
Penulis : Aliyah